kali
ini rada panjang posnya. Yauda baca aja sih. Uda nyampe sini juga.
Hari
ini adalah hari yang membuat saya bimbang. Pasalnya ada pertemuan dan
touring vespa ke Batang Jawa Tengah tepatnya di Pantai Sigandu namun hari selasa saya harus maju untuk presentasi di sebuah mata kuliah.
Sebelumnya saya belum pernah ke kota yang berdekatan dengan
pekalongan ini. Namun setelah bertanya kesana kemari, rata rata
jawaban yang saya dapat adalah “batang deket kok dari Semarang”.
Oke, saya siap berangkat ke kota tersebut. Hari keberangkatan Sabtu
siang yang seharusnya Sabtu pagi itu terkendala karena malam harinya
saya harus menemani adek – adek tingkat ikut acara kartini di
kampus dan mengajak nongkrong setelahny dan kesiangan. Namun
keberangkatan saya yang terlambat itu malah mempermudah kendala saya
ke Batang karena bertemu dengan seseorang yang tidak terduga.
Sabtu
jam 2 siang saya bersiap dan memanasi kendaraan vespa saya yang
bernama vebi. Disamping karena warnanya biru, dia juga berbentuk
vespa. Makanya saya singkat menjadi vebi. Vespa tua bermesin PX 150cc
tahun 1974 akan menemani perjalanan saya menuju batang tempat
ulangtahun klub vespa batang. Seharusnya saya tidak berdua saja
kesana melainkan bertiga. Namun karena teman saya yang dari jambi itu
mengurungkan niatnya untuk ikut saya ke Batang h-11 jam, karena dia
mau pergi ke Gunung Sumbing untuk menuliskan salam pada sebuah kertas
kepada dia yang tersayang. Oke fine. Jadi siang itu saya hanya berdua
dengan vebi mengarungi Semarang – Batang.
Siang
i tu sangat terik. Saya tipe orang yang suka jalan – jalan dengan
kendaraan umum. Kereta contohnya. Tapi tidak suka naik bis kecuali
terpaksa, bau. Tapi saya juga suka jalan – jalan naik vespa. Karena
nyampe nya lama. Jadi seru saja. Namun ada yang berbeda dengan
perjalanan Semarang – Batang. Sepanjang perjalanan sangat banyak
sekali jalanan jelek seperti jalan berlubang dan tambalan aspal yang
tidak rata. Lalu ada lagi jalanan keluar kota semarang menuju kendal,
disitu jalannya menurut saya paling parah. Karena banyak sekali spot
aspal yang tidak rata sehingga jalannya sangat bergeronjal. Bukannya
apa, Vespa adalah kendaraan dalam kota. Dan dia tidak bagus kalo di
jalanan bergeronjal karena struktur suspensi vespa itu sendiri. Masih
menggunakan teknologi jadul dan tidak bisa menerima hantaman yang
terlalu keras. Itu lah yang menghambat perjalanan saya menuju Batang
yang menurut saya jalannya memang “jelek” bagi vespa. Karena itu
juga charger hp yang saya taruh di tas yang saya ikat di 'back rack'
vespa terjatuh. Lalu juga sempat mogok karena terkena guncangan terus
dan mengakibatkan bensin yang tidak lancar menuju mesin. Sedih kan.
Keluar
dari kota Semarang menuju Kendal disalip oleh beberapa vespa yang
membunyikan klakson ketika bertemu dengan pengendara vespa yang lain
atau disebut scooterist. Ada seorang pria berjaket abu – abu
menyalip saya dengan kecepatan tinggi dan membunyikan klakson untuk
menyapa saya. Saya balas dengan mengacungkan jempol sebagai tanda
lain jika vespa kita tidak ada klaksonnya. Namun ada yang aneh, di
persimpangan Kendal lingkar dan kota, dia berhenti. Mungkin dia
bingung. Sembari menyalip saya teriak pada pria tersebut untuk belok
ke arah kanan karena lampu persimpangan yang sudah berwarna hijau
ketika saya melintas. Setelah itu dia mulai mengikuti di belakang
saya. Dia juga sempat menyampaikan untuk membuntuti saya sampai
tempat tujuan. Saya iyakan padahal saya juga belum pernah ke lokasi
jambore kali ini. Itung – itung biar ada temannya. Sampai
persimpangan berikutnya dia bertanya saya dari klub mana. Saya jawab
kalau tidak dari klub mana mana. Karena independen. Lalu dia juga
bertanaya “kenal dengan Sanni nggak?”, lalu saya menggeleng
karena saya tidak tahu itu siapa. Lalu di jalan lingkar Kendal vebi
sempat mogok untuk ganti busi. Akhirnya saya menepi. Dan pria
tersebut juga ikut menepi. Saya bilang pada dia
“om
kalo mau duluan duluan aja”,
“nggak,
aku nggk apal jalan” balas dia.
“emang
dari mana om” sahutku lagi sambil bongkar busi vebi.
“dari
deket sini kok, mranggen(kalo ga salah)”
“kok
ga apal om, kan deket”
“aku
pernah kecelakaan dan amnesia. Ini mata kanan juga rada burem”
“lah
ngapain ikut touring om”
“aku
lagi cari wanita yang namanya Sanni, yang aku inget jelas dulu
sebelum kecelakaan aku pernah deket sama dia. Tapi setelah itu aku
lupa dia dari mana, tapi dia dari Semarang”
“trus?”
“ya
karena suka juga sama vespa, dia juga suka sama vespa, dulu aku anak
CB. Tp karena di klub banyak konflik saya pindah ke vespa. Cuma di
vespa aku nemu kedamaian. Aku juga suka dangdutnya roma irama, karena
isinya semua tentang kehidupan dan kedamaian. Tapi dangdut sekarang
isinya rusak semua”
saya
cuma bisa nyengir sambil pasang busi yang baru.
“musik
reggae itu isinya tentang perdamaian semua. Aku ga apal semua lagu
lagunya. Tapi semua lagunya penuh makna. Dan dibikin tenanan
(serius)”
setelah
vebi selesai dibenerin kami mulai melanjutkan perjalanan ke Batang.
Di
tengah perjalana di alasroban, vebi mogok lagi. Saya benerin lagi
semaksimal mungkin, namun tetep gabisa nyala. Dengan wajah bingung
saya terduduk di aspal. Lalu pria yang ikut saya yang kemudian saya
tahu namanya Basir itu menawarkan “uda nyerah belom? Kalo uda
sini”. Saya cuma menyodorkan obeng yang saya pakai untuk otak atik
vebi. Lalu Om Basir mulai mengotak – atik vebi dengan cekatan dan
bisa hidup beberapa menit kemudian. Di sela tawanya dia mengaku kalau
dia sempat kerja di bengkel sebelum kecelakaan tersebut. “kenapa ga
nawarin dari tadi” batinku kesal tapi juga bersyukur karena saya
punya orang bengkel dalam perjalanan kali ini. Di mogok berikutnya
pun juga dia yang benerin vebi.
“kalo
mogok lagi di tinggal aja” kata dia ngomel.
“jangan
om, aku sayang sama vebi”
“sayang
ko ga dirawat. Vespa itu bukan agama. Kalo kamu sayang sama agama,
kamu akan dirawat sama agama itu, kalo vespa ga dirawat ya dia bakal
nyusahin koe” kata dia yang tahu betul dengan kondisi vebi yang
lumayan parah karena dia orang bengkel. Saya cuma terdiam bukan
karena abis diomelin Om Basir, tapi kerana merasa bersalah dengan
vebi. Maaf ya vebi.
Setelah
perjalan jauh dan mogok yang berulang kali, akhirnya kita sampai di
Pantai Sigandu Batang jam 7 malam. Lumayan lama karena perjalanan
normal itu 2,5 jam. Ya karena faktor kendaraan juga ya. Istirahat
sebentar di lokasi karena badan mulai pegel. Lalu saya di telfon oleh
Gugus Sulemane karena dia tinggal di Batang dan kami sempat janjian
bertemu sebelumnya. Karena Om Basir tadi cuma numpang perjalan ya
akhirnya kami berpisah malam itu juga. Sekitar jam setengah 8 saya
bertemu dengan Sulem di gerbang pantai Sigandu. Lalu kita langsung
beranjak menuju Istana kediaman Sulemane. Sampai disana dia
menyuguhkan buah buahan dari kebun pribadi dan mi goreng instan yang
sangat lezat karena waktu itu saya benar – benar lapar. Tapi
nongkrong disana tidak bisa lama karena Gugus sendiri ada pertemua
Kopdar Gabungan Megapro Batang di malam yang sama. Akhirnya jam 9
malam saya kembali ke lokasi vespa tersebut.
Ada
beberapa penampilan panggung yang menyanyikan alunan lagu reggae.
Disini entah mengapa saya hampir menangis. Tidak tahu juga kenapa,
mungkin karena lagu – lagu yang sedang tepat dengan kondisi diri
saya. Ada beberapa lagu yang saya nyanyikan dengan suara gemetar.
Dari Serenada nya Steven Coconut dan Tertanam dari Tony Q. lagu –
lagu itu mengingatkan dengan teman – teman dan kampung halaman.
Lalu sempat terjadi bentrok di tengah penonton. Mungkin terjadi
senggolan antar penonton. Tapi perlu di garis bawahi, pengendara
vespa dan pecinta musik reggae tidak akan pernah bentrok karena semua
cinta damai. Tapi malam itu ada yang bentrok, dan semua yang disana
yakin kalau itu bukan dari anak vespa. Jadi penonton yang bermasalah
tadi di keluarkan dari area konser. Setelah bentrok tadi polisi naik
keatas panggung dan mengancam akan membubarkan jika ada yang bentrok
lagi. Akhirnya kami semua menyanyikan lagu Indonesia Raya pasca
bentrok tadi dan menyalakan korek masing – masing.
Entahlah. Malam
itu saya sangat senang berada disana. Bergabung bersama kaum kaum
kusam ini. Di
komunitas vespa semuanya sama, tidak ada perbedaan baru dengan vespa
lama. Tidak ada perbedaan vespa bagus dengan jelek. Tidak ada
perbedaan vespa bersih dan vespa gembel. Semuanya sama. Ketika ada
kesusahan akan saling bantu satu sama lain. Memang mereka kadang
berpenampilan jorok. Bahkan ada juga yang ngemis di pom untuk dapat
seliter bensin. Saat ada acara vespa, mudah sekali ditemui orang
mabuk dengan berbagai miras. Ada istilah namanya 'amunisi' atau 'arak
minum sini'. Mereka juga berjualan di depan polisi dan membiarkan
begitu saja. Di kerumunan kaum kusam ini saya membatin. Saya lebih
baik bersama mereka orang – orang yang tidak saya kenal, tidak
memikirkan apapun. Disini tidak peduli partai politik atau agama.
Kita semua membawa masalah masing – masing,tapi melupakan sejenak
ketika disini, di acara vespa. Egois memang jika apatis tidak
memikirkan negara, tapi toh apapun yang terjadi dengan nengara ini
tidak terlalu pengaruh terhadap pengendara vespa. Tidak ada IPK yang
harus ditinggikan. Tidak ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Tidak
ada pertemanan yang menjengkelkan. Tidak ada pemerintah yang
menggugurkan impian. Semua hanya tentang persaudaraan dan perdamaian.
Kita disini hanya mencari ketenangan. Kita cuma minoritas dalam
mayoritas. Tapi minoritas yang menyenangkan. Bukan karena haus
bersenang – senang. Hanya menikmati yang tidak dinikmati.
Ketika
konser dan beberapa band sudah selesai, panggung mulai meredup. Para
penonton juga sudah kembali dan mencari tempat tidur masing –
masing. Saya mulai memasang 'hammock' atau tempat tidur gantung
diantara dua pohon. Cepat terlelap karena memang badan sudah sangat
lelah.
Pagi
terbangun. Yang membuat saya terkejut adalah hammock yang saya pasang
itu langsung menuju cakrawala pantai. Tempat matahari mengintip di
fajar pagi. Belum beranjak dari hammock, saya menikmati detik –
detik matahari mulai meninggi. Saya hanya bersyukur tentang semua
yang terjadi hari itu. Disana ada vespa, pasir pantai, dan matahari
terbit. Ok im done. Saya sudah puas dengan liburan kali ini.
Ketika
waktu menunjukan pukul 7 saya segera berkemas karena hari selasa ada
presentasi. Perjalanan pulang segera dan kembali ke realita
kehidupan. Saya punya tanggungan disana..