Rabu, 26 April 2017

Matahari Terbit di Pantai Sigandu | Jalan - Jalan Senja




kali ini rada panjang posnya. Yauda baca aja sih. Uda nyampe sini juga.




Hari ini adalah hari yang membuat saya bimbang. Pasalnya ada pertemuan dan touring vespa ke Batang Jawa Tengah tepatnya di Pantai Sigandu namun hari selasa saya harus maju untuk presentasi di sebuah mata kuliah. Sebelumnya saya belum pernah ke kota yang berdekatan dengan pekalongan ini. Namun setelah bertanya kesana kemari, rata rata jawaban yang saya dapat adalah “batang deket kok dari Semarang”. Oke, saya siap berangkat ke kota tersebut. Hari keberangkatan Sabtu siang yang seharusnya Sabtu pagi itu terkendala karena malam harinya saya harus menemani adek – adek tingkat ikut acara kartini di kampus dan mengajak nongkrong setelahny dan kesiangan. Namun keberangkatan saya yang terlambat itu malah mempermudah kendala saya ke Batang karena bertemu dengan seseorang yang tidak terduga.

Sabtu jam 2 siang saya bersiap dan memanasi kendaraan vespa saya yang bernama vebi. Disamping karena warnanya biru, dia juga berbentuk vespa. Makanya saya singkat menjadi vebi. Vespa tua bermesin PX 150cc tahun 1974 akan menemani perjalanan saya menuju batang tempat ulangtahun klub vespa batang. Seharusnya saya tidak berdua saja kesana melainkan bertiga. Namun karena teman saya yang dari jambi itu mengurungkan niatnya untuk ikut saya ke Batang h-11 jam, karena dia mau pergi ke Gunung Sumbing untuk menuliskan salam pada sebuah kertas kepada dia yang tersayang. Oke fine. Jadi siang itu saya hanya berdua dengan vebi mengarungi Semarang – Batang.

Siang i tu sangat terik. Saya tipe orang yang suka jalan – jalan dengan kendaraan umum. Kereta contohnya. Tapi tidak suka naik bis kecuali terpaksa, bau. Tapi saya juga suka jalan – jalan naik vespa. Karena nyampe nya lama. Jadi seru saja. Namun ada yang berbeda dengan perjalanan Semarang – Batang. Sepanjang perjalanan sangat banyak sekali jalanan jelek seperti jalan berlubang dan tambalan aspal yang tidak rata. Lalu ada lagi jalanan keluar kota semarang menuju kendal, disitu jalannya menurut saya paling parah. Karena banyak sekali spot aspal yang tidak rata sehingga jalannya sangat bergeronjal. Bukannya apa, Vespa adalah kendaraan dalam kota. Dan dia tidak bagus kalo di jalanan bergeronjal karena struktur suspensi vespa itu sendiri. Masih menggunakan teknologi jadul dan tidak bisa menerima hantaman yang terlalu keras. Itu lah yang menghambat perjalanan saya menuju Batang yang menurut saya jalannya memang “jelek” bagi vespa. Karena itu juga charger hp yang saya taruh di tas yang saya ikat di 'back rack' vespa terjatuh. Lalu juga sempat mogok karena terkena guncangan terus dan mengakibatkan bensin yang tidak lancar menuju mesin. Sedih kan.

Keluar dari kota Semarang menuju Kendal disalip oleh beberapa vespa yang membunyikan klakson ketika bertemu dengan pengendara vespa yang lain atau disebut scooterist. Ada seorang pria berjaket abu – abu menyalip saya dengan kecepatan tinggi dan membunyikan klakson untuk menyapa saya. Saya balas dengan mengacungkan jempol sebagai tanda lain jika vespa kita tidak ada klaksonnya. Namun ada yang aneh, di persimpangan Kendal lingkar dan kota, dia berhenti. Mungkin dia bingung. Sembari menyalip saya teriak pada pria tersebut untuk belok ke arah kanan karena lampu persimpangan yang sudah berwarna hijau ketika saya melintas. Setelah itu dia mulai mengikuti di belakang saya. Dia juga sempat menyampaikan untuk membuntuti saya sampai tempat tujuan. Saya iyakan padahal saya juga belum pernah ke lokasi jambore kali ini. Itung – itung biar ada temannya. Sampai persimpangan berikutnya dia bertanya saya dari klub mana. Saya jawab kalau tidak dari klub mana mana. Karena independen. Lalu dia juga bertanaya “kenal dengan Sanni nggak?”, lalu saya menggeleng karena saya tidak tahu itu siapa. Lalu di jalan lingkar Kendal vebi sempat mogok untuk ganti busi. Akhirnya saya menepi. Dan pria tersebut juga ikut menepi. Saya bilang pada dia
“om kalo mau duluan duluan aja”,
“nggak, aku nggk apal jalan” balas dia.
“emang dari mana om” sahutku lagi sambil bongkar busi vebi.
“dari deket sini kok, mranggen(kalo ga salah)”
“kok ga apal om, kan deket”
“aku pernah kecelakaan dan amnesia. Ini mata kanan juga rada burem”
“lah ngapain ikut touring om”
“aku lagi cari wanita yang namanya Sanni, yang aku inget jelas dulu sebelum kecelakaan aku pernah deket sama dia. Tapi setelah itu aku lupa dia dari mana, tapi dia dari Semarang”
“trus?”
“ya karena suka juga sama vespa, dia juga suka sama vespa, dulu aku anak CB. Tp karena di klub banyak konflik saya pindah ke vespa. Cuma di vespa aku nemu kedamaian. Aku juga suka dangdutnya roma irama, karena isinya semua tentang kehidupan dan kedamaian. Tapi dangdut sekarang isinya rusak semua”
saya cuma bisa nyengir sambil pasang busi yang baru.
“musik reggae itu isinya tentang perdamaian semua. Aku ga apal semua lagu lagunya. Tapi semua lagunya penuh makna. Dan dibikin tenanan (serius)”
setelah vebi selesai dibenerin kami mulai melanjutkan perjalanan ke Batang.

Di tengah perjalana di alasroban, vebi mogok lagi. Saya benerin lagi semaksimal mungkin, namun tetep gabisa nyala. Dengan wajah bingung saya terduduk di aspal. Lalu pria yang ikut saya yang kemudian saya tahu namanya Basir itu menawarkan “uda nyerah belom? Kalo uda sini”. Saya cuma menyodorkan obeng yang saya pakai untuk otak atik vebi. Lalu Om Basir mulai mengotak – atik vebi dengan cekatan dan bisa hidup beberapa menit kemudian. Di sela tawanya dia mengaku kalau dia sempat kerja di bengkel sebelum kecelakaan tersebut. “kenapa ga nawarin dari tadi” batinku kesal tapi juga bersyukur karena saya punya orang bengkel dalam perjalanan kali ini. Di mogok berikutnya pun juga dia yang benerin vebi.
“kalo mogok lagi di tinggal aja” kata dia ngomel.
“jangan om, aku sayang sama vebi”
“sayang ko ga dirawat. Vespa itu bukan agama. Kalo kamu sayang sama agama, kamu akan dirawat sama agama itu, kalo vespa ga dirawat ya dia bakal nyusahin koe” kata dia yang tahu betul dengan kondisi vebi yang lumayan parah karena dia orang bengkel. Saya cuma terdiam bukan karena abis diomelin Om Basir, tapi kerana merasa bersalah dengan vebi. Maaf ya vebi.

Setelah perjalan jauh dan mogok yang berulang kali, akhirnya kita sampai di Pantai Sigandu Batang jam 7 malam. Lumayan lama karena perjalanan normal itu 2,5 jam. Ya karena faktor kendaraan juga ya. Istirahat sebentar di lokasi karena badan mulai pegel. Lalu saya di telfon oleh Gugus Sulemane karena dia tinggal di Batang dan kami sempat janjian bertemu sebelumnya. Karena Om Basir tadi cuma numpang perjalan ya akhirnya kami berpisah malam itu juga. Sekitar jam setengah 8 saya bertemu dengan Sulem di gerbang pantai Sigandu. Lalu kita langsung beranjak menuju Istana kediaman Sulemane. Sampai disana dia menyuguhkan buah buahan dari kebun pribadi dan mi goreng instan yang sangat lezat karena waktu itu saya benar – benar lapar. Tapi nongkrong disana tidak bisa lama karena Gugus sendiri ada pertemua Kopdar Gabungan Megapro Batang di malam yang sama. Akhirnya jam 9 malam saya kembali ke lokasi vespa tersebut.



Ada beberapa penampilan panggung yang menyanyikan alunan lagu reggae. Disini entah mengapa saya hampir menangis. Tidak tahu juga kenapa, mungkin karena lagu – lagu yang sedang tepat dengan kondisi diri saya. Ada beberapa lagu yang saya nyanyikan dengan suara gemetar. Dari Serenada nya Steven Coconut dan Tertanam dari Tony Q. lagu – lagu itu mengingatkan dengan teman – teman dan kampung halaman. Lalu sempat terjadi bentrok di tengah penonton. Mungkin terjadi senggolan antar penonton. Tapi perlu di garis bawahi, pengendara vespa dan pecinta musik reggae tidak akan pernah bentrok karena semua cinta damai. Tapi malam itu ada yang bentrok, dan semua yang disana yakin kalau itu bukan dari anak vespa. Jadi penonton yang bermasalah tadi di keluarkan dari area konser. Setelah bentrok tadi polisi naik keatas panggung dan mengancam akan membubarkan jika ada yang bentrok lagi. Akhirnya kami semua menyanyikan lagu Indonesia Raya pasca bentrok tadi dan menyalakan korek masing – masing. 

 
Entahlah. Malam itu saya sangat senang berada disana. Bergabung bersama kaum kaum kusam ini. Di komunitas vespa semuanya sama, tidak ada perbedaan baru dengan vespa lama. Tidak ada perbedaan vespa bagus dengan jelek. Tidak ada perbedaan vespa bersih dan vespa gembel. Semuanya sama. Ketika ada kesusahan akan saling bantu satu sama lain. Memang mereka kadang berpenampilan jorok. Bahkan ada juga yang ngemis di pom untuk dapat seliter bensin. Saat ada acara vespa, mudah sekali ditemui orang mabuk dengan berbagai miras. Ada istilah namanya 'amunisi' atau 'arak minum sini'. Mereka juga berjualan di depan polisi dan membiarkan begitu saja. Di kerumunan kaum kusam ini saya membatin. Saya lebih baik bersama mereka orang – orang yang tidak saya kenal, tidak memikirkan apapun. Disini tidak peduli partai politik atau agama. Kita semua membawa masalah masing – masing,tapi melupakan sejenak ketika disini, di acara vespa. Egois memang jika apatis tidak memikirkan negara, tapi toh apapun yang terjadi dengan nengara ini tidak terlalu pengaruh terhadap pengendara vespa. Tidak ada IPK yang harus ditinggikan. Tidak ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Tidak ada pertemanan yang menjengkelkan. Tidak ada pemerintah yang menggugurkan impian. Semua hanya tentang persaudaraan dan perdamaian. Kita disini hanya mencari ketenangan. Kita cuma minoritas dalam mayoritas. Tapi minoritas yang menyenangkan. Bukan karena haus bersenang – senang. Hanya menikmati yang tidak dinikmati.

Ketika konser dan beberapa band sudah selesai, panggung mulai meredup. Para penonton juga sudah kembali dan mencari tempat tidur masing – masing. Saya mulai memasang 'hammock' atau tempat tidur gantung diantara dua pohon. Cepat terlelap karena memang badan sudah sangat lelah.

Pagi terbangun. Yang membuat saya terkejut adalah hammock yang saya pasang itu langsung menuju cakrawala pantai. Tempat matahari mengintip di fajar pagi. Belum beranjak dari hammock, saya menikmati detik – detik matahari mulai meninggi. Saya hanya bersyukur tentang semua yang terjadi hari itu. Disana ada vespa, pasir pantai, dan matahari terbit. Ok im done. Saya sudah puas dengan liburan kali ini. 

Ketika waktu menunjukan pukul 7 saya segera berkemas karena hari selasa ada presentasi. Perjalanan pulang segera dan kembali ke realita kehidupan. Saya punya tanggungan disana..