Chapter 2 : Penjelasan Basir
Kerbau tersebut melompat-lompat diatas gedung tanpa ragu. Sosok biru
itu juga ikut mengejar kerbau tersebut. Waktu masih berhenti dan
lingkungan masih berwarna hitam putih. Angga masih melongo melihat
kejadian tersebut, karena penasaran dia ikut mengejar 2 sosok
misterius yang melompat-lompat diatas rumah warga. Pengejeran
berhenti ketika si kerbau kembali mengaum dan berbalik arah ke sosok
biru tadi. Kini mulutnya mengeluarkan sinar merah gelap yang
menggumpal sangat pekat. Ia kemudian melepaskan energi perkat
tersebut ke arah lawannya. Sosok biru membentuk sebuah perisai dari
energi biru yang dia miliki dengan sangat cepat. Bola energi milik
kerbau menghantap perisai dan meledak dengan sangat dahsyat.
“BLAMMM!!”
perisai milik sosok biru tadi berasap. Tubuh sosok biru masih utuh
dan tidak luka sedikitpun. Lalu dia berkata sambil berteriak,
“Hanya segitu kemampuanmu? Susah susah aku menunggu kemunculanmu
hanya ini yang kudapatkan? Hahahah dasar lemah!”
kerbau tadi langsung melesat kembali kearah sosok biru dengan
tangannya yang kemudian membentuk sebuah cakar. Amarahnya meledak
mendengar ucapan sosok biru tadi. Setelah berhenti tepat di depan
lawannya, kerbau mulai menebaskan cakar bertubi-tubi. Sosok biru
hanya menghindar dengan sangat mudah. Kedua tangannya tangannya
dilipat kebelakang. Kerbau tersebut melemah terlihat dari serangannya
yang mulai melambat. Serangannya tidak segesit tadi dan nafasnya
mulai tersengal. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh sosok biru tadi,
tangannya terlipat kebelakang itu sedang mengumpulkan energi untuk
menciptakan tombak berujung petir. Ujungnya menyala biru listrik.
Setelah kerbau menyadari akan ada serangan balasan, dia melompat
kebelakang. Berniat untuk menghindar dan kabur. Kerbau tersebut
mendarat di salah satu rumah warga yang tertutup sedikit pohon. Dia
kembali melihat sekitar memastikan sudah tak terjangkau oleh sosok
biru. Namun sayang, sosok biru sudah berada di belakang dengan
membawa tombak petir. Di hunuskan tombak tersebut ke arah jantung
kerbau dengan sangat cepat.
“JLOOSHHHH!!” suara badan kerbau tersebut robek tepat di bagian
dada.
“BLARR!!!” sebuah petir sangat dahsyat menyambar tubuh kerbau.
Tubuh tersebut tersengat petir dalam beberapa detik, terbakar, hangus
dan menghilang. Menyisakan 3 helai rumput mengambang di udara yang
kemudian ditangkap oleh sosok biru. Kemudian ia letakan di atas
selembar kertas yang kemudian dilipat dan dimasukan kedalam
kantungnya.
Dari kejauhan terlihat Angga yang masih terkesima dengan kejadian
itu. Sosok biru tadi menyadari kehadiran Angga lalu menghampirinya
“Sudah kubilang tunggu disana aja jangan kemana mana” sosok biru
itu sewot perkataannya tidak didengarkan
“tapi, saya, saya..” Angga terbata
“Ok, perkenalkan, namaku Basir, pengguna energi alam” kata basir
sembari menyodorkan tangan untuk berjabat
“Angga..” balas Angga sedikit ragu
“hey Angga, aku tau kamu bingung dengan kejadian barusan, aku bisa
menjelaskannya, tapi tidak sekarang, energi ku mulai habis, aku harus
segera mengisinya kembali” jelas basir sembari membuka helm
trailnya yang keren. Namun ke-keren-an helmnya berbanding terbalik
dengan wajahnya, wajahnya terlihat seperti bapak bapak mesum,
kulitnya sawo matang, dan rambutnya yang ikal, dan dari wajahnya
terlihat seperti seorang sales mesin cuci. Angga ingin tertawa dengan
imajinasinya yang menebak-nebak profil Basir dari wajahnya
“aku mengerti sekarang, sosok dibalik helm ini tidak seperti yang
kamu bayangkan ya” cetus Basir dengan wajah remeh
“pinjam hp mu” lanjutnya
kemudian Angga memberikan hapenya kepada Basir.
“aku uda dapet kontak WA mu dan nomerku juga uda kusimpen di
hapemu. Nanti malam kita ketemuan ya, ngopi ngopi bareng lah kita
sambil kujelasin apa yang sebenernya terjadi” kata Basir sambil
mengembalikan hape milik Angga. Ketika angga sudah menerima hapenya
kembali, dia berniat memasukan hape tersebut ke kantong celananya,
sampai ada notif WA di homescreennya,
“nanti malam jangan lupa ke warung kembang di Toga ya :*”
bertuliskan pengirimnya “Basir Service Mesin Cuci”
“mpppfftt malah ternyata dia tukang service nya toh, kukira
salesnya hahaha” guman Angga dalam hati. Ketika dia kembali
mendongak dari layar hapenya, dia baru sadar, dia sudah kembali
berada di lampu merah. Semua sudah kembali seperti semula, waktu
sudah berjalan dan warna dunia sudah normal tidak hitam putih lagi.
“jangan main hp waktu mengendarai motor, uda mau ijo tuh lampunya”
kata ibuk dari belakang jok
“Eh iya buk, cuma buka notif tok” jawab Angga sambil memasukan
hape kembali ke kantung celananya. Setelah lampu hijau, mereka melaju
kerumah dengan santai seperti biasa.
**
malam sudah tiba, sesuai perjanjian tadi Angga akan menemui Basir di
Warung Kembang atau bisa disingkat Warkem. Sebelum berangkat ke
warkem menggunakan vespa warna biru miliknya, dia berpamitan dulu ke
ibuk kalo mau ngopi sama temen di warkem toga. Ingat, berpamitan
dengan orang tua itu sangat penting supaya beliau tidak khawatir.
Setelah berpamitan berpakaian rapi, dia siap siap menggunakan
vespanya yang diberi nama Vebi. Vebi di stater dengan cara disela.
Dalam hati Angga berkata,
“Malam ini aku akan mencari kebenaran”
sambil nyela si vebi yang dari tadi gamau nyala,
“ah vebi gimana sih pake acara mogok segala” dengus Angga kesal
“dasar vespa tua, bisanya ngerepotin aja” kata Angga pada Vebi,
mungkin kalo vebi bisa ngomong dia bakal balas,
“ya makanya dirawat kalo gamau ngerepotin kampret” guman vebi,
seakan mendengar apa kata hati vebi, Angga meminta maaf.
“maafin aku ya vebi karena ga merawat kamu dengan baik, aku sayang
kamu vebi” Angga merengek
“aku juga sayang kamu Angga, rawat aku dengan baik ya:)” balas
vebi
“aku pasti merawatmu dengan baik Vebi, aku janji” jawab Angga
haru
“apasihgajelasah!” kata penulisnya
setelah menggantinya dengan busi yang baru, Vebi bisa kembali menyala
dan mereka berdua langsung cabut menuju Warkem di Toga. Warkem
merupakan salah satu warung kopi di Lumajang yang tempatnya nyaman
dan juga luas. Sangat menyenangkan untuk ngumpul-ngumpul bersama
teman-teman dekat. Tidak seperti namanya, warkem tidak menyediakan
kembang atau bunga sebagai camilan, melainkan kopi. Karena memang
tempat ini warung kopi. Padahal namanya warung kembang.
Sesampainya disana dia langsung memesan Kucing atau Kopi Cingkir dan
kemudian mencari tempat duduk.
“Aanggaaaa...!! Di sinii!!”
Dari pojokan terlihat Basir melambaikan tangan sambil memanggil Angga
seperti orang minta tolong.
“wey biasa aja dong manggilnya” guman Angga dalam hati, lalu
Angga menuju tempat duduk Basir dan mengambil tempat tepat di
depannya. Tak lupa jabat tangan sebelum Angga duduk.
“halo Angga, gimana kabarnya? Kamu lulusan SMK ya?” Sapa Basir
membuka obrolan.
“to the point aja mas, memangnya yang tadi sore itu ada kejadian
apa? Apa itu semacam sihir?” tanya Angga bertubi.
“oke aku jelasin semuanya dari awal, seperti perkenalan sebelumnya
aku mengenalkan diri sebagai Basir Pengguna Energi, sebelumnya kamu
harus tau apa itu pengguna energi” jelas Basir, Angga hanya
mengangguk angguk mendengarkan.
Basir melanjutkan, “Pengguna Energi atau kita singkat PE adalah
orang yang menggunakan energi di sekitar kita dengan manajemen yang
baik. Ada banyak penggunaan energi yang selama ini kita tau, ada
Pembangkit listrik tenaga angin, kita bisa mendapat listrik dari
hembusan angin. Itu sebagai contoh apa kamu paham?”
“iya paham, lalu?” Angga penasaran tak sabar.
“itu adalah energi fisika, energi yang terlihat. Orang orang itu
juga bisa disebut PE atau Pengguna Energi. Tapi sebutan itu tidak
terlalu terikat digunakan bagi orang-orang jaman sekarang” lanjut
Basir.
Angga memotong pembicaraan “lalu apa? PE itu penyihir?”
“sudah kubilang dengarin dulu!” Basir meninggikan nada bicaranya,
“Jadi gini, PE tadi terbagi menjadi 2, ada PE Fisika ada PE
metafisika. Dan ya seperti yang kamu pikirikan, aku adalah PE
Metafisika. Lebih tepatnya kita”
“kita? Jadi kalian ada banyak?” tanya Angga sambil menerima
Kucing yang diantarkan oleh mbak-mbak warung
“iya, kita ada banyak, kita membentuk sebuah grup”
“grup? Organisasi maksud kalian?”
“nggak, beneran grup, grup Facebook lagi” jelasnya sambil
tertawa.
“haaa??? fesbuk???” Angga terkejut mendengar penjelasannya. “ntar
kalian ga ada rahasia rahasianya dong?”
“emang ga dirahasiain, tapi kebanyakan orang ga percaya, soalnya ga
semua orang bisa melihat Energi Metafisika”
“ya, aku paham sih” tukas Angga sambil menyeruput Kopi Cingkirnya
“trus kenapa aku bisa melihatmu melakukan itu?”
“karena kamu bagian dari kami, makanya aku menyebutnya 'kita',
hahah” jelas Basir kemudian tertawa. Mendengar penjelasan itu Angga
tersedak, kopinya muncrat berhamburan ke wajahnya sendiri.
“hah??? bagaimana bisa aku juga ikutan PE?” tanya Angga sambil
membersihkan wajahnya dari kopi menggunakan tisu. “kan aku ga
pernah tau, tertarik, atau bahkan ikut-ikut hal seperti itu, kenapa
tiba-tiba aku jadi PE deh”
“banyak faktornya sih, sama kaya orang belajar gambar, ada orang
yang dari bayi uda belajar gambar supaya jago, ada yang emang
bakatnya gambar jadi dia kembangkan bakatnya tadi, dan yang terakhir
faktor genetik atau keturunan, dia ga perlu belajar atau pun bakat,
kalo emang dari sononya pinter gambar karena kakek moyangnya ya
pinter gambar aja itu orang”
“lalu aku tergolong yang mana?”
“entahlah, kan kamu yang ngalamin. Yang jelas, PE akan semakin kuat
ketika ketemu PE yang lain” tambah Basir
Angga terdiam, dia masih bingung dengan semua penjelasan tadi. Yang
tanpa disadari pengunjung warung mulai sepi karena dinginnya malam
Kota Lumajang kian menusuk.
Bersambung lagi..
_____________________________________________________________________
pojok penulis;
halo pembaca, karena dorongan pembaca budiman sekalian akhirnya saya
kembali melanjutkan novel yang mungkin suatu hari saya terbitkan ini.
Semoga ya. Terbit dari timur kaya matahari. Oke terimakasih buat kamu
yang masih membaca hingga baris ini. Terima kasih banyak. Penulis
sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran ttg penulisannya. Bisa
di kolom komentar, di ig, twitter, wa, facebook, atau datang kerumah
sambil bawa ayam potong warna hitam juga gapapa. Pokoknya terima
kasih banyakk!!