Hari
itu di Kota Lumajang, suhu udara sedang sangat dingin. Terlihat Angga
yang sedang bermalas-malasan di balik selimut di atas kasurnya.
“Angga,
mandi le” kata seorang
wanita paruh baya dari arah dapur rumahnya
“Enggeh
buk.. nanti aja” balas Angga kepada ibunya.
Wanita berumur sekitar 50 tahun tersebut kemudian datang ke kamar
Angga sambil membawa beberapa pakaian yang sudah rapi disterika.
“Kamu
itu lho, mau sampai kapan malas malasan di kasur kayak gini” kata
ibu
“Angga ga malas-malasan buk. Cuma emang diniatin ga bangun karna
dingin” jawabnya lemas
“alasan
tok! Yauda yuk anterin
ibuk ke kantor. Abis ini kamu tidur lagi.” sergah ibuk
“iyaaa..” jawab angga sembari bangun dengan lemas
Angga
merupakan lulusan sebuah universitas ternama di Malang. Dia sudah
menaruh lamaran kesana kemari namun masih belum mendapat panggilan
kerja sama sekali. Bukan salah dia, perekrutan yang berbasis KKN
belakangan ini menyulitkan orang-orang yang baru lulus atau Fresh
Graduate untuk mendapatkan
pekerjaan. Dengan dalih “tidak ada orang dalam” membuat
orang-orang tersebut termasuk Angga harus lebih sabar dalam mencari
Pekerjaan. Padahal ibu Angga sendiri adalah pegawai kantoran.
Di
pagi cerah dengan suhu sekitar 20 derajat selcius itu membuat Angga
harus menggunakan jaket tebal ketika mengantar ibuk ke kantor. Jarak
dari rumah ke kantor sekitar 15 menit menggunakan sepeda motor. Lalu
lintas terlihat renggang meskipun jam berangkat kerja, mengingat
Lumajang adalah kota kecil.
Dengan sedikit mengantuk, Angga putar balik setelah menurunkan ibu di
depan
kantor. Dengan gaya masih mengucek mata dan menguap dia melanjutkan
perjalanan kembali menuju
rumah. Sampai di lampu merah dia berhenti. Angka 35 di sebelah lampu
lalu lintas mengisyaratkan dia harus berhenti di lampu merah selama
35 detik. Sambil sedikit melemaskan badan, dia mencoba menengok ke
kanan dan kiri. Merasakan badan yang pegal-pegal padahal tidak
melakukan apa-apa. Sampai tiba-tiba pandangan matanya tertuju pada
sebuah lampu yang menyorot ke atas, bukan. Bahkan seperti lampu dari
atas yang menyorot ke bawah(?)
Dibalik
rumah-rumah di sudut lampu merah cahaya itu mulai memudar, lalu
menghilang. Cahaya berwarna merah tersebut membuatnya terpana dan
berpikir 2 kali untuk mencerna cahaya apa itu. Lamunannya dibuyarkan
oleh klakson dari kendaraan belakangnya. Berulang kali klakson
dibunyikan hingga membuat Angga benar-benar terkejut dan langsung
tancap gas pergi dari lampu merah tadi.
“Cahaya apa ya tadi terang banget. Atau mungkin aku aja yang
terlalu ngantuk hingga berhalusinasi” tukasnya dalam hati
lalu dengan motor Supra X berplat merah tersebut dia kembali melaju
sampai rumah. Sesampainya di rumah, dia sudah melupakan kejadian
tadi.
Sore
hari, waktu menunjukan pukul 15.45, Angga berangkat lagi ke kantor
untuk menjemput ibuk. Kembali melewati lampu merah, tempat dia
melihat cahaya merah terang dari langit. Namun dia sudah tak lagi
mengingat apa yang terjadi tadi pagi. Lagi, dia harus terjebak lampu
merah. Sembari menunggu dia iseng-iseng melihat ke arah rumah tadi.
“Bruak!!” suara keras dari arah rumah yang sedang dia lihat. Lalu
Angga dikejutkan oleh sesosok kerbau besar berwarna hitam legam.
Kerbau tersebut nampak berdiri selayaknya manusia. Badannya seperti
terbentuk dari kepulan asap yang menggumpal. Matanya merah menyala.
Sosok tersebut hanya berdiri
di sudut rumah. Warga yang melihat kejadian tersebut sontak lari
tunggang-langgang.
“HANTUU!!!” teriak beberapa warga, yang lain hanya lari
menyelamatkan diri. Angga hanya terdiam mematung diatas motornya.
Kini kawasan lampu merah tersebut sudah sepi. Hanya tinggal Angga
dan sosok bayangan tersebut. Kini sosok tersebut mulai bergerak.
Kepalanya menoleh ke arah Angga dengan sangat pelan. Matanya yang
merah menyala menatap Angga dengan sangat tajam. Angga berguman,
“bukannya ini masih terlalu sore untuk para hantu muncul, lalu ini
apa?” batinnya bertanya-tanya. Sosok tadi mulai bergerak, kepalanya
menadah keatas lalu mengaum sekuat-kuatnya.
“Grrraaaaawwwwwrrrrrr!!!!”
nyali Angga mulau ciut, dia sudah berencana lari dari tempat itu.
Terlambat, sosok itu berlari dulu ke arahnya. Dengan sangat cepat
sosok tersebut sudah berada satu meter di depan Angga dengan mulutnya
yang menganga dan badan yang masih berasap. Lalu sosok tersebut
melompat sekuat tenaga menjauh dari lokasi kejadian. Bayangannya
menghilang tertutup rumah-rumah disekitar situ. Sontak Angga cepat
cepat memacu gas menuju kantor ibuk.
Diperjalanan
menuju rumah, ibuk bercerita kalau di lampu merah yang biasa kami
lewati telah terjadi kebakaran besar pada saat siang hari
“apakah ada hubungannya sama sosok kampret tadi ya?” guman Angga
dalam hati.
Ibuk melanjutkan kalau katanya kebakaran tadi sengaja dibuat oleh
orang rumah supaya dapat aset pencairan asuransi.
“nah ini kita ngelewatin rumah yang tadi ibuk omongin” kata ibuk
“ooh rumah yang ini ya buk” jawab Angga
waktu
di lampu merah menunjukan 20 detik untuk kembali berwarna hijau.
Namun setelah beberapa saat menunggu, dia sadar bahwa detik pada
lampu merah tersebut tidak bergerak. Saat dia mau menengok ke arah
ibuk, dia sadar bahwa semua area di lampu merah tersebut berubah
menjadi hitam putih. Bersamaan dengan hilangnya warna, semua yang
berada di area tersebut menjadi tak bergerak. Seperti membeku. Bahkan
daun yang jatuhpun terlihat melayang seperti di “pause”.
Saat
dia ingin menengok ke arah ibuk, dari arah samping sudah tampak sosok
kerbau yang dia lihat tadi pagi datang dengan cepat. Posisinya
seperti ingin menyeruduk, namun yang terjadi justru tak terduga.
Sosok tersebut memukul wajah Angga dengan sangat keras hingga dia
harus terpental dari sepeda motor menuju tembok sebuah toko di sisi
jalan yang lain. “BHUMM!!”
suara Angga menghantam tembok membuat beberapa bata berjatuhan di
badannya. Namun dengan cepat juga Angga bangkit dari reruntuhan dan
memperhatikan badannya yang tidak terluka.
“di dimensi ini kamu tidak akan merasakan sakit dan tubuhmu tidak
akan terluka jika tidak terkena serangan tertentu” jawab sesosok
bayangan lain dengan cahaya biru di badannya.
Sosok
tersebut berbentuk manusia biasa yang menggunakan penutup kepala
seperti helm motorcross atau
traill namun dengan
bentuk sedikit lebih kecil yang
juga berwarna biru. Di tangan kanannya terdapat sebilah pedang dengan
nyala biru dan di tangan kiri terdapat perisai.
“aku tidak tau kenapa kamu bisa berada disini, tapi kali ini
diamlah disini, jangan sampai bertemu dengan kerbau itu lagi”
lanjut sosok itu
di sisi jalan yang lain, sosok kerbau itu sedang mengaum dengan suara
yang melengking sambil mengeluarkan pedang dari dalam mulutnya.
Tangan kanannya menarik pedang tersebut dari mulutnya.
Sosok berwarna biru itu berlari kearah kerbau tersebut dengan sangat
cepat. Belum sempat Angga bertanya siapa dia, dua sosok tersebut
mulai beradu pedang dengan sangat keras..
***
BERSAMBUNG