Tampilkan postingan dengan label jalan - jalan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label jalan - jalan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 15 Juli 2018

Terdampar di Pantai Dampar

haloo budiman dan budiwomankuu.. masih membaca kah? anda anda harus tetap membaca ya. Biar matanya tetap segar. Karena dengan membaca. kita jadi semakin banyak tau! waw!



Ok jalan jalan senja kali ini akan melancong ke pantai selatan kota Lumajang. sudah tau Kota Lumajang kan? gatau? gogling!

Sebelum saya mulai membahas pantainya, ucapan terimakasih saya lemparkan kepada adik kelas saya sheilla masatuti yang memberikan tantangan #challangeblogpost yang harus post blog supaya nggak malas menulis. Orangnya imut lho kayak tutup botol freshc*re yang gambar jerapah. yang kepo bisa liat blognya disini yaa  Dia pintar nulis lho, tulisannya juga bagus seperti kaligrafi. Ada lho temen yg suka ngeblog juga itu tulisannya jelek, bahkan kalo ngetik di microsoft word, fontnya berubah jadi tagalog. ga di mensen disini ah, biar orangnya gatau. lalu lanjut!

Jalan Jalan Senja kali ini kita pergi ke Pantai Dampar. Seperti namanya, kami memang tiba-tiba terdampar disana. Kenapa? Karena awalnya kami cuma mau acara rumah kaget (rumah kaget adalah datang rombongan ke rumah salah satu teman tanpa ngabari, jadi nanti rumahnya kaget. ayam ayam ayam!) di rumah Paijo. Anggota klub elit dari Pecinta Alam tidak ternama di Lumajang. tibalah saya di Kediaman Paijo tadi pukul 1 siang karena jalanan Lumajang yang sangat macet. lalu sekitar pukul setengah 2 kami langsung berangkat ke Pantai Dampar tanpa rencana naik mobil offroad milik Inod pengusaha ikan laut segar. berangkatlah kami berenam dengan uang pas pasan.

Pantai Dampar ini terletak di pantai yang ada tebing tebingnya. Akses menuju kesana juga mudah mengingat salah seorang dari kami cerita jika dulu jalannya jelek. trus karena jelek dia dibully, dan gapunya temen, susah dapat pacar :(
sekitar 1jam setengah perjalanan dari kota Tempeh Lor, tibalah kami di Pantai Dampar. Kami di sambut oleh tukang parkir. Parkir untuk 1 mobil seharga Rp 10.000,- untuk tiket masuk tidak dipungut biaya(terhitung saat tulisan ini diterbitkan).

Fasilitas di Pantai Dampar ini meliputi toilet, mushola, dan beberapa rumah makan. Untuk pendapat saya pribadi saya kurang nyaman untuk toilet dan musholanya karena kurang bersih. air yang dikeluarkan dari kran juga payau. jika ingin berwudlu, anda harus berjalan memutari toilet di belakang mushola. disana terdapat kran tempat wudlu gratis (yang juga airnya payau)



untuk tempat makan, kami singgah ke salah satu rumah makan. kami pesan 1kg ikan.. ikan.. ikan apa saya lupa namanya. Yang pasti itu adalah ikan bakar, karena ikannya dibakar. kalo dipresto ikan presto. tau kan?

harga untuk 1kg ikan bakar Rp 55.000,- lalu nasi satu bakul Rp 15.000,- lalu es teh dan air mineral gatau, yang bayar Inod tadi.

anda juga bisa naik perahu motor dengan tarif Rp 5.000,-/orang.

opini dari Tim Jalan Jalan Senja, tempat ini sangat direkomendasikan untuk wisata alam bersama teman, atau pacar, lebih utama lagi untuk keluarga. karena tempatnya yang nyaman dan tergolong bersih untuk lingkungannya. pemandangan dan sunrisenya juga bagus untuk hunting photography. Wilayahnya yang asri dan tidak terlalu panas jika sudah lewat tengah hari membuat liburan anda akan semakin menyenangkan.

ada beberapa tips jika anda ingin berkunjung kesini.
Siapkan GPS dan jangan malu bertanya kepada penduduk sekitar, karena tempat yang bertebing menghalangi sinyal ponsel anda sehingga maps anda akan terhambat.
Pastikan anda sedang berada di pasang surut supaya bisa mengunjungi sisi barat tebing yang memiliki pemandangan bagus.
Anda akan menyebrangi jalur lahar dingin Gunung Semeru, maka selalu waspada ketika akan melintas jembatan. Jika ragu, jangan sungkan untuk bertanya kepada warga sekitar.
Dan yang terakhir, jangan buang sampah sembarang dan kurangi penggunaan kantung plastik.

Selamat Jalan Jalan Senja!







Rabu, 26 April 2017

Matahari Terbit di Pantai Sigandu | Jalan - Jalan Senja




kali ini rada panjang posnya. Yauda baca aja sih. Uda nyampe sini juga.




Hari ini adalah hari yang membuat saya bimbang. Pasalnya ada pertemuan dan touring vespa ke Batang Jawa Tengah tepatnya di Pantai Sigandu namun hari selasa saya harus maju untuk presentasi di sebuah mata kuliah. Sebelumnya saya belum pernah ke kota yang berdekatan dengan pekalongan ini. Namun setelah bertanya kesana kemari, rata rata jawaban yang saya dapat adalah “batang deket kok dari Semarang”. Oke, saya siap berangkat ke kota tersebut. Hari keberangkatan Sabtu siang yang seharusnya Sabtu pagi itu terkendala karena malam harinya saya harus menemani adek – adek tingkat ikut acara kartini di kampus dan mengajak nongkrong setelahny dan kesiangan. Namun keberangkatan saya yang terlambat itu malah mempermudah kendala saya ke Batang karena bertemu dengan seseorang yang tidak terduga.

Sabtu jam 2 siang saya bersiap dan memanasi kendaraan vespa saya yang bernama vebi. Disamping karena warnanya biru, dia juga berbentuk vespa. Makanya saya singkat menjadi vebi. Vespa tua bermesin PX 150cc tahun 1974 akan menemani perjalanan saya menuju batang tempat ulangtahun klub vespa batang. Seharusnya saya tidak berdua saja kesana melainkan bertiga. Namun karena teman saya yang dari jambi itu mengurungkan niatnya untuk ikut saya ke Batang h-11 jam, karena dia mau pergi ke Gunung Sumbing untuk menuliskan salam pada sebuah kertas kepada dia yang tersayang. Oke fine. Jadi siang itu saya hanya berdua dengan vebi mengarungi Semarang – Batang.

Siang i tu sangat terik. Saya tipe orang yang suka jalan – jalan dengan kendaraan umum. Kereta contohnya. Tapi tidak suka naik bis kecuali terpaksa, bau. Tapi saya juga suka jalan – jalan naik vespa. Karena nyampe nya lama. Jadi seru saja. Namun ada yang berbeda dengan perjalanan Semarang – Batang. Sepanjang perjalanan sangat banyak sekali jalanan jelek seperti jalan berlubang dan tambalan aspal yang tidak rata. Lalu ada lagi jalanan keluar kota semarang menuju kendal, disitu jalannya menurut saya paling parah. Karena banyak sekali spot aspal yang tidak rata sehingga jalannya sangat bergeronjal. Bukannya apa, Vespa adalah kendaraan dalam kota. Dan dia tidak bagus kalo di jalanan bergeronjal karena struktur suspensi vespa itu sendiri. Masih menggunakan teknologi jadul dan tidak bisa menerima hantaman yang terlalu keras. Itu lah yang menghambat perjalanan saya menuju Batang yang menurut saya jalannya memang “jelek” bagi vespa. Karena itu juga charger hp yang saya taruh di tas yang saya ikat di 'back rack' vespa terjatuh. Lalu juga sempat mogok karena terkena guncangan terus dan mengakibatkan bensin yang tidak lancar menuju mesin. Sedih kan.

Keluar dari kota Semarang menuju Kendal disalip oleh beberapa vespa yang membunyikan klakson ketika bertemu dengan pengendara vespa yang lain atau disebut scooterist. Ada seorang pria berjaket abu – abu menyalip saya dengan kecepatan tinggi dan membunyikan klakson untuk menyapa saya. Saya balas dengan mengacungkan jempol sebagai tanda lain jika vespa kita tidak ada klaksonnya. Namun ada yang aneh, di persimpangan Kendal lingkar dan kota, dia berhenti. Mungkin dia bingung. Sembari menyalip saya teriak pada pria tersebut untuk belok ke arah kanan karena lampu persimpangan yang sudah berwarna hijau ketika saya melintas. Setelah itu dia mulai mengikuti di belakang saya. Dia juga sempat menyampaikan untuk membuntuti saya sampai tempat tujuan. Saya iyakan padahal saya juga belum pernah ke lokasi jambore kali ini. Itung – itung biar ada temannya. Sampai persimpangan berikutnya dia bertanya saya dari klub mana. Saya jawab kalau tidak dari klub mana mana. Karena independen. Lalu dia juga bertanaya “kenal dengan Sanni nggak?”, lalu saya menggeleng karena saya tidak tahu itu siapa. Lalu di jalan lingkar Kendal vebi sempat mogok untuk ganti busi. Akhirnya saya menepi. Dan pria tersebut juga ikut menepi. Saya bilang pada dia
“om kalo mau duluan duluan aja”,
“nggak, aku nggk apal jalan” balas dia.
“emang dari mana om” sahutku lagi sambil bongkar busi vebi.
“dari deket sini kok, mranggen(kalo ga salah)”
“kok ga apal om, kan deket”
“aku pernah kecelakaan dan amnesia. Ini mata kanan juga rada burem”
“lah ngapain ikut touring om”
“aku lagi cari wanita yang namanya Sanni, yang aku inget jelas dulu sebelum kecelakaan aku pernah deket sama dia. Tapi setelah itu aku lupa dia dari mana, tapi dia dari Semarang”
“trus?”
“ya karena suka juga sama vespa, dia juga suka sama vespa, dulu aku anak CB. Tp karena di klub banyak konflik saya pindah ke vespa. Cuma di vespa aku nemu kedamaian. Aku juga suka dangdutnya roma irama, karena isinya semua tentang kehidupan dan kedamaian. Tapi dangdut sekarang isinya rusak semua”
saya cuma bisa nyengir sambil pasang busi yang baru.
“musik reggae itu isinya tentang perdamaian semua. Aku ga apal semua lagu lagunya. Tapi semua lagunya penuh makna. Dan dibikin tenanan (serius)”
setelah vebi selesai dibenerin kami mulai melanjutkan perjalanan ke Batang.

Di tengah perjalana di alasroban, vebi mogok lagi. Saya benerin lagi semaksimal mungkin, namun tetep gabisa nyala. Dengan wajah bingung saya terduduk di aspal. Lalu pria yang ikut saya yang kemudian saya tahu namanya Basir itu menawarkan “uda nyerah belom? Kalo uda sini”. Saya cuma menyodorkan obeng yang saya pakai untuk otak atik vebi. Lalu Om Basir mulai mengotak – atik vebi dengan cekatan dan bisa hidup beberapa menit kemudian. Di sela tawanya dia mengaku kalau dia sempat kerja di bengkel sebelum kecelakaan tersebut. “kenapa ga nawarin dari tadi” batinku kesal tapi juga bersyukur karena saya punya orang bengkel dalam perjalanan kali ini. Di mogok berikutnya pun juga dia yang benerin vebi.
“kalo mogok lagi di tinggal aja” kata dia ngomel.
“jangan om, aku sayang sama vebi”
“sayang ko ga dirawat. Vespa itu bukan agama. Kalo kamu sayang sama agama, kamu akan dirawat sama agama itu, kalo vespa ga dirawat ya dia bakal nyusahin koe” kata dia yang tahu betul dengan kondisi vebi yang lumayan parah karena dia orang bengkel. Saya cuma terdiam bukan karena abis diomelin Om Basir, tapi kerana merasa bersalah dengan vebi. Maaf ya vebi.

Setelah perjalan jauh dan mogok yang berulang kali, akhirnya kita sampai di Pantai Sigandu Batang jam 7 malam. Lumayan lama karena perjalanan normal itu 2,5 jam. Ya karena faktor kendaraan juga ya. Istirahat sebentar di lokasi karena badan mulai pegel. Lalu saya di telfon oleh Gugus Sulemane karena dia tinggal di Batang dan kami sempat janjian bertemu sebelumnya. Karena Om Basir tadi cuma numpang perjalan ya akhirnya kami berpisah malam itu juga. Sekitar jam setengah 8 saya bertemu dengan Sulem di gerbang pantai Sigandu. Lalu kita langsung beranjak menuju Istana kediaman Sulemane. Sampai disana dia menyuguhkan buah buahan dari kebun pribadi dan mi goreng instan yang sangat lezat karena waktu itu saya benar – benar lapar. Tapi nongkrong disana tidak bisa lama karena Gugus sendiri ada pertemua Kopdar Gabungan Megapro Batang di malam yang sama. Akhirnya jam 9 malam saya kembali ke lokasi vespa tersebut.



Ada beberapa penampilan panggung yang menyanyikan alunan lagu reggae. Disini entah mengapa saya hampir menangis. Tidak tahu juga kenapa, mungkin karena lagu – lagu yang sedang tepat dengan kondisi diri saya. Ada beberapa lagu yang saya nyanyikan dengan suara gemetar. Dari Serenada nya Steven Coconut dan Tertanam dari Tony Q. lagu – lagu itu mengingatkan dengan teman – teman dan kampung halaman. Lalu sempat terjadi bentrok di tengah penonton. Mungkin terjadi senggolan antar penonton. Tapi perlu di garis bawahi, pengendara vespa dan pecinta musik reggae tidak akan pernah bentrok karena semua cinta damai. Tapi malam itu ada yang bentrok, dan semua yang disana yakin kalau itu bukan dari anak vespa. Jadi penonton yang bermasalah tadi di keluarkan dari area konser. Setelah bentrok tadi polisi naik keatas panggung dan mengancam akan membubarkan jika ada yang bentrok lagi. Akhirnya kami semua menyanyikan lagu Indonesia Raya pasca bentrok tadi dan menyalakan korek masing – masing. 

 
Entahlah. Malam itu saya sangat senang berada disana. Bergabung bersama kaum kaum kusam ini. Di komunitas vespa semuanya sama, tidak ada perbedaan baru dengan vespa lama. Tidak ada perbedaan vespa bagus dengan jelek. Tidak ada perbedaan vespa bersih dan vespa gembel. Semuanya sama. Ketika ada kesusahan akan saling bantu satu sama lain. Memang mereka kadang berpenampilan jorok. Bahkan ada juga yang ngemis di pom untuk dapat seliter bensin. Saat ada acara vespa, mudah sekali ditemui orang mabuk dengan berbagai miras. Ada istilah namanya 'amunisi' atau 'arak minum sini'. Mereka juga berjualan di depan polisi dan membiarkan begitu saja. Di kerumunan kaum kusam ini saya membatin. Saya lebih baik bersama mereka orang – orang yang tidak saya kenal, tidak memikirkan apapun. Disini tidak peduli partai politik atau agama. Kita semua membawa masalah masing – masing,tapi melupakan sejenak ketika disini, di acara vespa. Egois memang jika apatis tidak memikirkan negara, tapi toh apapun yang terjadi dengan nengara ini tidak terlalu pengaruh terhadap pengendara vespa. Tidak ada IPK yang harus ditinggikan. Tidak ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Tidak ada pertemanan yang menjengkelkan. Tidak ada pemerintah yang menggugurkan impian. Semua hanya tentang persaudaraan dan perdamaian. Kita disini hanya mencari ketenangan. Kita cuma minoritas dalam mayoritas. Tapi minoritas yang menyenangkan. Bukan karena haus bersenang – senang. Hanya menikmati yang tidak dinikmati.

Ketika konser dan beberapa band sudah selesai, panggung mulai meredup. Para penonton juga sudah kembali dan mencari tempat tidur masing – masing. Saya mulai memasang 'hammock' atau tempat tidur gantung diantara dua pohon. Cepat terlelap karena memang badan sudah sangat lelah.

Pagi terbangun. Yang membuat saya terkejut adalah hammock yang saya pasang itu langsung menuju cakrawala pantai. Tempat matahari mengintip di fajar pagi. Belum beranjak dari hammock, saya menikmati detik – detik matahari mulai meninggi. Saya hanya bersyukur tentang semua yang terjadi hari itu. Disana ada vespa, pasir pantai, dan matahari terbit. Ok im done. Saya sudah puas dengan liburan kali ini. 

Ketika waktu menunjukan pukul 7 saya segera berkemas karena hari selasa ada presentasi. Perjalanan pulang segera dan kembali ke realita kehidupan. Saya punya tanggungan disana..

Selasa, 07 Februari 2017

Waduk Pendidikan Diponegoro



Liburan semester masih panjang. Alhasil masih menunggu waktu kuliah di Semarang. Di kosan, ya di kosan. Tidak melakukan apapun selama beberapa hari. Awal liburan masih ada kegiatan Magang, tapi sekarang? Magang sudah selesai, jadi tinggal menghitung hari detik demi detik menikmati liburan kuliah. Sangking bosannya berada di kamar kosan, kaki ini tak bisa diam untuk tidak kemana – mana. Maka Jalan – Jalan Senja kali ini ke Waduk Pendidikan Diponegoro. Waduk pendidikan? 


Jadi waduk ini terletak tak jauh dari kampus Universitas Diponegoro (Undip) di Tembalang. Jika ingin kesana cukup ikuti arah Gor Undip, karena letak Waduk ini bersebelahan dengan bangunan tersebut. Waduk yang selesai dibangun pada tahun 2014 ini memiliki luas sekitar 2,1 hektare. Terdapat bangunan menjorok kedalam sebagai pengukur kedalaman air. Jadi kenapa bernama waduk pendidikan, waduk ini bisa digunakan untuk praktik atau belajar mahasiswa – mahasiswa Undip. Waduk memiliki daya tampung genangan air normal mencapai 13.500 meter persegi dengan luas daerah tangkapan air mencapai 10,24 kilometer persegi. Rektor Undip Sudharto PHadi mengemukakan, waduk dibangun dengan dana hibah Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air. Pembangunan tahap pertama memakan dana Rp 42 Miliar. Waduk yang berfungsi sebagai Pendidikan ini cukup ramai ketika senja atau sore hari. Banyak warga atau masyarkat sekitar yang sengaja datang untuk sekedar bersantai, memancing atau bahkan yang lain (mojok/pacaran). Pertama kali saya datang ke waduk ini sangatlah sepi, mungkin awal saya kuliah disemarang ini. Waduk ini tak lebih seperti kolam besar/tambak menurut saya waktu itu. Tapi kini sudah banyak fasilitas yang bisa dinikmati mulai dari taman, joglo, dan bangku yang disediakan secara gratis bagi pengunjung. Ya gratis. 

Sore yang hampir hujan ini mengantarkan ke tempat ini sebagai tempat untuk bersantai. Memang santai sih, tapi terkadang ada suara bising dari pemuda – pemuda yang memacu motornya di jalan dekat waduk ini. Dengan berbekal teh susu dan sebuah novel, saya nikamati tempat wisata gratis yang tidak terlalu keren ini. Tapi lumayanlah buat jalan – jalan atau sekedar menikmati pemandangan. Jangan lupa kalau pergi ke waduk ini untuk memilih waktu sore atau pagi, karena ketika siang waduk ini sangat terik dan jarang ada pohon untuk berteduh.

Rabu, 01 Februari 2017

Makhluk Asing dari Lumajang Eps. 2 | jalan - jalan senja




Jadi kali ini semarang kedatangan tamu lagi dari luar angkasa Semarang yaitu Lumajang. Kali ini Semarang kedatangan wanita cantik yang bekerja di Jakarta dan memumutuskan liburan di Semarang. Makhluk Asing kali ini sedikit berbeda dengan sebelumnya karena ini wanita, hehe oke lanjut.

Jadi menjemput wanita asing ini dari Stasiun Poncol karena dia berangkat dari Jakarta. Kentang, begitu kami memanggil dia, mungkin karena dia seperti kentang atau gimana belum diketahui. Saya memiliki teman teman yang memiliki nama aneh aneh. Malam itu mendung sangat pekat, khawatir akan hujan vespa saya kebut dengan kencang dari arah tembalang. Setelah miss komunikasi yang saya jemput di Stasiun Tawang dan sebenernya di Stasiun Poncol, maka penjemputan kali ini sama seperti sebelumnya. “terlambat” yaya.. yausudah lah. Bertemu dengan dia di pintu masuk stasiun dengan tas carrier yang sangat besar, dia terhuyung huyung menuju vespaku. Rintik hujan mulai berjatuhan dan kami tetap menerjang menuju pulang ke kosan.
Sampai dikosan basah kuyup dan hujan diluar sangat lebat. Tidak bisa keluar untuk makan malam, akhirnya mi instan saya suguhkan untuk tamu terhormat ini. Sedikit tentang kentang ini dulu dia adalah wanita yang tomboy pada saat SMA. Tidak pernah memakai rok kecuali seragam sekolah. Lalu datang dengan penampilan seperti ini sebenarnya saya juga terkejut. namun tidak terlalu terkejut. Yaudah..



Keesokan harinya setelah sarapan, kami langsung bersiap menuju ke Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Mendung pun masih menghiasi langit tembalang semarang. Karena memang sedang musim penghujan. Kami berangkat dan track perjalanan adalah lewat Sigar Bencah menggunakan vespa. Ya dengan vespa kesayangan saya beranama VEBI. Vebi diajak untuk melewati jalan yang sangat curam. Meskpikun berjalan sangat lambat, vebi berhasil mengantarkan kami ke MAJT. Pertama mendarat disini terlihat wajah senang dari kentang. Dia senang karena bisa sampai di tempat ini dan dia melanjutkan bercerita tentang perjalanan dia ke masjid Istiqlal di ibukota. Hmm.. 

MAJT sendiri adalah masjid terbesar di Jateng yang memiliki payung besar yang dapat membuka ketika dipakai untuk Jumaatan dan acara acara tertentu. Jadi masjid ini sangat besar dan mampu menampung ribuan Jemaah. Setelah melakukan solat duhur, kami langsung foto – foto, lebih tepatnya kentang yang ingin di foto. Saya lebih seperti fotografer disini. Hal unik lainnya adalah masjid ini memiliki menara dan pengunjung diperbolehkan untuk naik keatas menara menggunakan lift. Dari atas juga kita disuguhi pemandangan yang sangat indah. View Semarang dan pelabuhan dari atas ini membuat kita serasa ingin berlama – lama diatas sini. Kami juga berkunjung ke menara.  Tapi karena waktu yang sangat terbatas, jadi saya segera mengajak kentang untuk turun.


Pemberhentian selanjutnya adalah Lawang Sewu, disini adalah spot foto terbanyak (dan itu berarti saya harus motoin si kentang ini lebih banyak), berbeda dengan makhluk asing sebelumnya karena mereka adalah pria pria yang tidak terlalu hobi kalau difoto. Di Lawang Sewu ini hari sudah mulai cerah. Di tempat ini juga cukup ramai pengujung karena waktu itu sedang liburan juga(weekend). Setelah dari Lawang Sewu juga saya mengajak ke Tugu Muda untuk mendapat spot foto backgournd lawang sewu. Meskipun destinasi ini sangat mainstream, tapi mengajak teman teman yang belum kesini adalah sebuah kesenangan sendiri. 

Saya juga mengajak kentang untuk makan miayam di kampus Undip bawah, yaitu mi ayam pak bonci pleburan. Menurut saya, ini adalah mi ayam yang rasanya paling mendekati dengan rasa mi ayam di tempat kami. Kedai miayamnya sendiri berada tepat di belakang kampus undip pleburan. Dan sesuai permintaan tamu saya yang terhormat ini, destinasi berikutnya adalah Semarang Kota Lama.
Jadi kota lama ini adalah kota yang sempat ditinggali oleh belanda pada jama dahulu. Jadi jenis dan tipe bangunan disini adalah hindis ala ala arsitek belanda. Si kentang ini juga sangat senang sekali dengan tempat ini karena memiliki banyak spot fotografi. Di tempat ini juga terdapat pasar barang antik dan benda – benda kuno. Ada juga musiem 3D art gallery tapi kami tidak masuk karena sudah sore. Saya mengajak kentang ke Jalan Garuda karena disana lah tempat yang bagus untuk foto – foto. Dan kota lama ini juga akhir dari jalan – jalan senja kali ini. 



Sekali lagi terimakasih buat kentang yang sudah berkunjung. Semoga cepat dapat jodoh. Hahahah
Senang rasanya ada yang mengunjungi. Semoga teman teman yang juga segera kesini. Saya tunggu di Semarang teman.




Ini yang episode satu. Isinya curli sama cennod. Jangan lupa dibaca yaaa