Selasa, 31 Januari 2017

Makhluk Asing dari Lumajang | jalan - jalan senja





Liburan kali ini tidak bisa pulang ke kampong halaman karena kegiatan magang yang dilaksanakan pada saat liburan semester. Semarang sempat menjadi kota dari beberapa teman yang ingin berkunjung, Untuk menemuiku tentunya. Wuhuh. Jadi semua jalan jalan ini bermula ketika grup bbm yang berisikan teman teman dari kampong halaman berjumlah 8 orang yang ingin menyewa mobil dan berkunjung ke Semarang beramai – ramai. Mereka juga memasukkan saya kedalam grup tersebut untuk koordinasi hari apa dan jalur mana yang baik dan tepat untuk dilewati. Mungkin sekitar 1 bulan persiapan untuk terbang kesemarang. Dengan segala keruwetan mereka, singkat cerita yang berangkat hanya dua orang. Curli dan Cenod. (toet). Merekalah yang berhasil memesan tiket dan terbang ke Semarang pada hari kamis dan sampai jumat siang. Dengan kedatangan mereka pada hari itu, saya meminta bantuan kepada teman saya orang jambi bernama Ejes yang kebetulan juga tidak pulang pada saat liburan semester ini. Berangkatlah kami menuju Stasiun Tawang, tempat kereta teman temanku dari Lumajang berlabuh.

Karena kendala teknis peminjaman motor, maka penjemputan kamu terlambat sekitar 20 menit. Tapi karena mereka adalah teman teman koplak maka itu bukan menjadi masalah. Sampailah kami pada istana saya di Nirwana Tembalang. Istana berlantai 2 ini sangat ramah pemiliknya sehingga mengizinkan 2 makhluk asing ini menginap dikamar saya. Karena Cennod adalah artis ibu kota, maka para penggemarnya di kota sebelah Salatiga ingin bertemu, jadi Cennod izin untuk pergi ke Salatiga dan kembali besok pagi. Karena ini momen langka maka saya iya kan. Hujan lebat menghiasi sore hari dan mengantarkan Curli untuk tidur mungkin kelelahan sehabis perjalanan panjang. Jadi kegiatan hari jumat saya dan Curli itu hanya ngopi saja di Cafee yang biasa kami nongkrong pada malam hari. Angkringan gendis, di Angkringan Gendis ada beberapa teman yaitu Kodok dari Jepara dan ejes tadi. Dan ketika larut, kami pun pulang ke kosan masing masing. Curli pulang ke Lumajang. Nggak ding. Dia nginap di kosan saya.


Pagi di hari sabtu, Cennod datang sekitar jam 10 an. Setelah beliau datang, maka jalan – jalan yang sudah kita rencanakan jauh jauh hari akhirnya terealisasi. Berangkat menggunakan 3 motor, karena personilnya bertambah yaitu erinda yang berasal dari lampung yang kebetulan juga tidak pulang saat liburan. Maka ada 5 orang yang jalan – jalan. Pemberhentian pertama slalu jatuh pada Lawang sewu, Destinasi yang ikonik dari kota Semarang. Sampai disana dua makhluk asing itu tampak kampungan karena melihat kanan kiri secara fantastis.
 



















Saya mulai menjelaskan apa yang saya ketahui tentang Lawang Sewu kepada mereka. Karena sudah sering saya pergi ke Lawang Sewu. 3 kali. Hehe. Curli yang suka foto pun mulai berkreasi, lalu Cennod yang.. yang apa ya. Yauda. Gitu. Setelah lelah berputar – putar di Lawang Sewu, Saya mengajak mereka menyebrang ke Tugu Muda, disana foto – foto dan menikmati lalu lalang kota Semarang.




Pemberhentian berikutya adalah Simpang Lima. Di simpang lima ini kami berhenti di masjid… masjid apa ya lupa namanya. Pokonya yang di dekat simpang lima. Jadi Simpang Lima adalah tempat persimpangan dari jalan – jalan didaerah semarang. Disini juga menjadi pusat Jajanan dari kota Semarang. Mulai dari Lunpia, bakpia, soto, dan segala hidangan khas jawa tengah. Saya mengajak mereka menikmati Tahu gimbal. Di Jawa Timur, Tahu gimbal ini lebih mirip tahu campur namun dengan tambahan udang dan telur yang di ceplok lalu di potong – potong. Setelah selasai makan kamipun menunaikan sholat maghrib dan pulang ke kosan untuk istirahat. Dikosan juga kami masih ngobrol tentang hal hal aneh yang dulu kami lakukan. Dan di keesokan harinya, saya sudah harus mengantarkan mereka ke stasiun untuk kembali ke kampong halaman.

***  




Sejenak bersama mereka seperti berada dirumah, karena candaan dan intonasi gaya bahasa yang sama. Kangen tentang kampong halaman juga sedikit terobati berkat mereka. Kalau dari sisi kesibukan, kalian hanya membuat saya menjadi semakin kerepotan karena harus pinjam motor ini itu. Tapi itu semua tidak sebanding dengan kedatangan kalian yang datang kesini untuk berkujung. Terimakasih teman teman. Semoga kalian bisa kesini lagi dengan jumlah yang lebih banyak dan saya semakin repot dan maennya semakin ramai. Salam kangen..

Minggu, 15 Januari 2017

14 Menit di Borobudur | jalan - jalan senja

Jalan jalan senja kali ini terjadi karena ketidak sengajaan. Tapi lumayan untuk sebuah liburan singkat.



jadi perjalanan ini terjadi 2 hari sebelum tahun baru. Perjalanan ini sebenarnya adalah sebuah perjalanan dari Tour Agent tempat kami magang. Jadi tour agent tadi memiliki urusan di beberapa tempat wisata di Jawa Tengah. Jadi secara tidak langsung, kita yang mahasiswa magang harus ikut untuk belajar dan praktik (padahal niat utamanya biar bisa jalan-jalan, that’s the opportunity!). jadi, kita harus memanfaatkan semaksimal mungkin apapun yang terjadi di tempat magang termasuk, jalan jalan ini.

Kita berangkat dari kantor di Semarang sekitar pukul 10.00 pagi. Saya dengan teman yang kebetulan sejurusan yang juga magang di tempat yang sama ini diajak bersama 4 orang karyawan dan satu driver kantor bernama Pak Ramlan yang kalau mengendarai mobil dengan keahlian tingkat tinggi(baca:ugal-ugalan). Hari itu hari jumat, jadi Pak Ramlan tadi mengendarai dengan ngebut karena mepet dengan waktu sholat Jum’at. Apalagi kita masih terjebak macet di pintu tol arah semarang, maka kita harus mengejar waktu yang terbuang dari terjebak macet tersebut dengan cara kebut kebutan. Sepanjang perjalanan kita menutup kaca mobil karena cuaca di luar yang sangat dingin. Yang pada akhirnya perjalanan Semarang – Salatiga ditempuh dengan 1,5 jam perjalanan menggunakan mobil.

11.30 kita sudah mencapai Salatiga. Tempat kita berhenti adalah Pondok Kopi bernama Kopi Tlogo. Kopi Tlogo ini sudah saya muat di postingan sebelumnya dan bisa di cek disini. Jadi tujuan Tour Agent tempat saya magang kesini adalah untuk mengkonfirmasi pesanan sekaligus mengambil sampel pesanan(baca:ngicipin makanan).


 Kita langsung menuju ke ruang tengah untuk mengambil coffee break tersebut. Ada beberapa roti dan snack ringan yang lumayan untuk mengganjal perut kelaparan yang belum sempat sarapan tadi. Sambil menyahut beberapa hidangan tadi saya mengikuti Pak Ramlan yang katanya mau ke masjid. Ternyata dia mengajak saya untuk melihat lihat tempat pemrosesan biji kopi. Disana terdapa gudang gudang yang besar dan beberapa tempat lapang seperti lapangan futsal yang berfungsi untuk menjemur biji kopi. Untuk proses biji kopi menjadi bubuk kopi saya tidak bisa menjelaskan karena karyawan yang sudah istirahat karena kumandang adzan sudah memanggil. Berangkatlah kita ke sumber suara tersebut. Masjid. Air disini sangat dingin, karena salatiga memang daerah dingin. Mungkin kalo di Lumajang seperti dinginnya Senduro yang bagian bawah. Ga dingin dingin amat, tapi dingin. Sepulang dari masjid akhirnya saya bisa menikmati pemeran utama dari Pondok Kopi ini, yaitu Kopi Tlogo. Sudah tersajikan di teko yang siap untuk di tuang. Segar, pait agak asam, dan panas dari kopi ini menjadi kenikmatan sendiri. Namun kami tidak bisa berlama – lama. Karena kita harus lanjut ke tempat selanjutnya. Dan di akhir siang yaitu pukul 14.00 siang kita sudah beranjak pergi menuju magelang. 

Perjalanan menuju magelang kali ini kami melewati jalur kopeng karena dengan alasan lebih cepat dan terhindar dari macet. Mobil melaju lumayan tenang dan pelan karena jalanan yang menanjak dan berkelok – kelok. Alasan lain adalah karena hujan gerimis dan kabut yang sangat tebal. Langit senja pun tidak terlihat karena kabut dan mendung yang menutupi pandangan. Mobil kami juga nmelintasi Ketep Pas. Ketep pas adalah sebuah pos pantau untuk memantau kondisi merapi. Namun karena mendung dank abut yang begitu pekat pun kami juga tidak berhenti, dan karena memang alasan kami kesini bukan untuk berwisata melainkan perjalanan dinas. Jalan berkelok – kelok ini begitu lama hingga tubuh hamper tertidur. Kopeng pun dilewati dengan melihat pemandangan kabut dan pohon pohon cemara di kanan kiri jalan.


Pukul 16.30 kami sampai sampai pada pemberhentian terakhir, yaitu hotel Manohara. Saya tidak terlalu mengerti letak hotel Manohara dimana yang pasti dia berada di Magelang, sampai saya tahu bahwa letaknya tepat berada di sebelah Candi Borobudur. Jadi Hotel Manohara ini satu – satunya hotel yang menyediakan view Sunset Borobudur. Yaitu ketika Borobudur menjadi sliuet ketika langit menjingga. Namun sayang, pada saat kami kesana langit sedang mendung. Kulihati Borobudur yang sedang berdiri tegak. 
“kenapa kalian ga kesana sendiri dan meilhat langsung Borobudurnya?” kata salah satu karyawan yang juga pembimbing kami magang itu. 
Kami pun sontak terkejut, memang bisa langsung menuju ke Borobudur? Pembimbing kami menjelaskan hotel ini memiliki jalur VIP untuk para tamu hotel untuk langsung menuju ke candi. Kami berdua yang sempat terkejut itu tanpa pikir panjang langsung berlari kearah jalur VIP itu dan menuju ke Candi. Namun pembimbing kami mengingatkan bahwa gerbang ditutup pada pukul 17.00 sedangkan waktu itu sudah menunjukan pukul 16.46. ya, kami punya waktu 14 menit sebelum gerbang ditutup. Kami langsung berlari menuju Candi yang menjadi destinasi tujuan wisatawan seluruh dunia. Mungkin bagi sebagian orang sudah bosan pergi ke Candi yang megah ini, tapi bagi saya yang orang timur dan teman saya yang berasal dari tanah sumatera, tempat ini adalah hal yang susah untuk dicapai. Kami berlajalan cepat dengan mengitari candi karena tangga untuk menuju puncak sudah dipenuhi orang yang ingin turun. Setelah menemunkan tangga yang sepi kami langsung berlari ke puncak Candi. Dengan terengah engah kami sampai di puncak candi. Dan hal pertama yang dilakukan adalah menyentuh stupa tertinggi. 
Lalu kami berdua terduduk lelah karena berlari – lari. Ketika yang lain sibuk turun dan berfoto – foto, kami hanya duduk termenung sibuk dengan pikiran masing – masing. Yang ada dipikiranku adalah bagaimana aku bisa berdiri disitu pada hari itu. Tak henti – hentinya berucap syukur atas apa yang terjadi. Menit 10 sudah berlalu. Saatnya kami turun. Setelah mengambil beberapa gambar, kami turun dengan senyum yang masih mengembang seolah tidak percaya dengan apa yang terjadi. 14 menit berlalu di Borobudur, kami pun kembali ke hotel. Setelah menyantap beberapa hidangan kamipun kembali menuju Semarang. 

Begitulah jalan – jalan senja kali ini terjadi.

Minggu, 08 Januari 2017

Kopi Tlogo Salatiga Jawa Tengah

Jalan - jalan senja kali ini berada di Salatiga, Jawa tengah. deket semarang. Salatiga adalah kota dingin. Disini dapat kita temui berbagai macam caffee atau tempat ngopi. karena cuaca yang dingin paling enak untuk ngopi. Dan tahukah anda, di Salatiga ini terdapat kebun kopi sekaligus untuk coffee break. ya, tempat ngopi tersebut berada di jalan arteri semarang-solo. Letaknya yang berada di pinggir jalan memudahkan untuk ditemukan dan untuk sekedar mampir menikmati secangkir kopi. Tidak harus secangkir sih, dua cangkir, tiga cangkir, empat lima enam juga terserah kalian. hehe.


Kopi Hitam Original Tlogo

jadi kopi ini adalah kopi yang saya maksud tadi. Kopi Hitam Original Tlogo. karakter kopi ini sedikit encer dan hitamnya juga tidak terlalu pekat. Untuk rasa dan karakter, kopi ini hampir mendekati Kopi Arabica yang bersifat sedikit asam (kecut dalam bahasa jawa). berbeda dengan Kopi Robusta yang bersifat pahit. Kopi ini diproduksi langsung dari belakang toko atau caffee ini. sehingga kesegaran dan aroma kopi masih sangat asli.


Kopi Fullcream Tlogo


Sebenarnya kopi yang satu ini entah ada atau tidak, tapi kami menambahkan fullcream sendiri dari susu kotak yang biasa terdapat di supermarket. Lalu yang terjadi? Viola! jadilah kopi hitam dengan creamer yang segar. Di Caffee ini saya habis dua cangkir kopi karena penasaran dengan rasa rasanya. saya sendiri adalah penikmat kopi, jadi saya menikmati apapun kopi itu yang penting kopi. Bukan pecinta kopi yang memiliki standart dalam menentukan kopi yang akan dia minum. hihi. 


Mungkin bagi anda yang sedang berjalan - jalan ke arah Semarang atau Solo Salatiga dapat mampir. terimakasih sudah membaca dan selamat berjalan - jalan senja