Minggu, 15 Januari 2017

14 Menit di Borobudur | jalan - jalan senja

Jalan jalan senja kali ini terjadi karena ketidak sengajaan. Tapi lumayan untuk sebuah liburan singkat.



jadi perjalanan ini terjadi 2 hari sebelum tahun baru. Perjalanan ini sebenarnya adalah sebuah perjalanan dari Tour Agent tempat kami magang. Jadi tour agent tadi memiliki urusan di beberapa tempat wisata di Jawa Tengah. Jadi secara tidak langsung, kita yang mahasiswa magang harus ikut untuk belajar dan praktik (padahal niat utamanya biar bisa jalan-jalan, that’s the opportunity!). jadi, kita harus memanfaatkan semaksimal mungkin apapun yang terjadi di tempat magang termasuk, jalan jalan ini.

Kita berangkat dari kantor di Semarang sekitar pukul 10.00 pagi. Saya dengan teman yang kebetulan sejurusan yang juga magang di tempat yang sama ini diajak bersama 4 orang karyawan dan satu driver kantor bernama Pak Ramlan yang kalau mengendarai mobil dengan keahlian tingkat tinggi(baca:ugal-ugalan). Hari itu hari jumat, jadi Pak Ramlan tadi mengendarai dengan ngebut karena mepet dengan waktu sholat Jum’at. Apalagi kita masih terjebak macet di pintu tol arah semarang, maka kita harus mengejar waktu yang terbuang dari terjebak macet tersebut dengan cara kebut kebutan. Sepanjang perjalanan kita menutup kaca mobil karena cuaca di luar yang sangat dingin. Yang pada akhirnya perjalanan Semarang – Salatiga ditempuh dengan 1,5 jam perjalanan menggunakan mobil.

11.30 kita sudah mencapai Salatiga. Tempat kita berhenti adalah Pondok Kopi bernama Kopi Tlogo. Kopi Tlogo ini sudah saya muat di postingan sebelumnya dan bisa di cek disini. Jadi tujuan Tour Agent tempat saya magang kesini adalah untuk mengkonfirmasi pesanan sekaligus mengambil sampel pesanan(baca:ngicipin makanan).


 Kita langsung menuju ke ruang tengah untuk mengambil coffee break tersebut. Ada beberapa roti dan snack ringan yang lumayan untuk mengganjal perut kelaparan yang belum sempat sarapan tadi. Sambil menyahut beberapa hidangan tadi saya mengikuti Pak Ramlan yang katanya mau ke masjid. Ternyata dia mengajak saya untuk melihat lihat tempat pemrosesan biji kopi. Disana terdapa gudang gudang yang besar dan beberapa tempat lapang seperti lapangan futsal yang berfungsi untuk menjemur biji kopi. Untuk proses biji kopi menjadi bubuk kopi saya tidak bisa menjelaskan karena karyawan yang sudah istirahat karena kumandang adzan sudah memanggil. Berangkatlah kita ke sumber suara tersebut. Masjid. Air disini sangat dingin, karena salatiga memang daerah dingin. Mungkin kalo di Lumajang seperti dinginnya Senduro yang bagian bawah. Ga dingin dingin amat, tapi dingin. Sepulang dari masjid akhirnya saya bisa menikmati pemeran utama dari Pondok Kopi ini, yaitu Kopi Tlogo. Sudah tersajikan di teko yang siap untuk di tuang. Segar, pait agak asam, dan panas dari kopi ini menjadi kenikmatan sendiri. Namun kami tidak bisa berlama – lama. Karena kita harus lanjut ke tempat selanjutnya. Dan di akhir siang yaitu pukul 14.00 siang kita sudah beranjak pergi menuju magelang. 

Perjalanan menuju magelang kali ini kami melewati jalur kopeng karena dengan alasan lebih cepat dan terhindar dari macet. Mobil melaju lumayan tenang dan pelan karena jalanan yang menanjak dan berkelok – kelok. Alasan lain adalah karena hujan gerimis dan kabut yang sangat tebal. Langit senja pun tidak terlihat karena kabut dan mendung yang menutupi pandangan. Mobil kami juga nmelintasi Ketep Pas. Ketep pas adalah sebuah pos pantau untuk memantau kondisi merapi. Namun karena mendung dank abut yang begitu pekat pun kami juga tidak berhenti, dan karena memang alasan kami kesini bukan untuk berwisata melainkan perjalanan dinas. Jalan berkelok – kelok ini begitu lama hingga tubuh hamper tertidur. Kopeng pun dilewati dengan melihat pemandangan kabut dan pohon pohon cemara di kanan kiri jalan.


Pukul 16.30 kami sampai sampai pada pemberhentian terakhir, yaitu hotel Manohara. Saya tidak terlalu mengerti letak hotel Manohara dimana yang pasti dia berada di Magelang, sampai saya tahu bahwa letaknya tepat berada di sebelah Candi Borobudur. Jadi Hotel Manohara ini satu – satunya hotel yang menyediakan view Sunset Borobudur. Yaitu ketika Borobudur menjadi sliuet ketika langit menjingga. Namun sayang, pada saat kami kesana langit sedang mendung. Kulihati Borobudur yang sedang berdiri tegak. 
“kenapa kalian ga kesana sendiri dan meilhat langsung Borobudurnya?” kata salah satu karyawan yang juga pembimbing kami magang itu. 
Kami pun sontak terkejut, memang bisa langsung menuju ke Borobudur? Pembimbing kami menjelaskan hotel ini memiliki jalur VIP untuk para tamu hotel untuk langsung menuju ke candi. Kami berdua yang sempat terkejut itu tanpa pikir panjang langsung berlari kearah jalur VIP itu dan menuju ke Candi. Namun pembimbing kami mengingatkan bahwa gerbang ditutup pada pukul 17.00 sedangkan waktu itu sudah menunjukan pukul 16.46. ya, kami punya waktu 14 menit sebelum gerbang ditutup. Kami langsung berlari menuju Candi yang menjadi destinasi tujuan wisatawan seluruh dunia. Mungkin bagi sebagian orang sudah bosan pergi ke Candi yang megah ini, tapi bagi saya yang orang timur dan teman saya yang berasal dari tanah sumatera, tempat ini adalah hal yang susah untuk dicapai. Kami berlajalan cepat dengan mengitari candi karena tangga untuk menuju puncak sudah dipenuhi orang yang ingin turun. Setelah menemunkan tangga yang sepi kami langsung berlari ke puncak Candi. Dengan terengah engah kami sampai di puncak candi. Dan hal pertama yang dilakukan adalah menyentuh stupa tertinggi. 
Lalu kami berdua terduduk lelah karena berlari – lari. Ketika yang lain sibuk turun dan berfoto – foto, kami hanya duduk termenung sibuk dengan pikiran masing – masing. Yang ada dipikiranku adalah bagaimana aku bisa berdiri disitu pada hari itu. Tak henti – hentinya berucap syukur atas apa yang terjadi. Menit 10 sudah berlalu. Saatnya kami turun. Setelah mengambil beberapa gambar, kami turun dengan senyum yang masih mengembang seolah tidak percaya dengan apa yang terjadi. 14 menit berlalu di Borobudur, kami pun kembali ke hotel. Setelah menyantap beberapa hidangan kamipun kembali menuju Semarang. 

Begitulah jalan – jalan senja kali ini terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar