Jalan jalan senja kali ini terjadi karena ketidak sengajaan.
Tapi lumayan untuk sebuah liburan singkat.
jadi perjalanan ini terjadi 2 hari sebelum tahun baru.
Perjalanan ini sebenarnya adalah sebuah perjalanan dari Tour Agent tempat kami
magang. Jadi tour agent tadi memiliki urusan di beberapa tempat wisata di Jawa
Tengah. Jadi secara tidak langsung, kita yang mahasiswa magang harus ikut untuk
belajar dan praktik (padahal niat utamanya biar bisa jalan-jalan, that’s the
opportunity!). jadi, kita harus memanfaatkan semaksimal mungkin apapun yang
terjadi di tempat magang termasuk, jalan jalan ini.
Kita berangkat dari kantor di Semarang sekitar pukul 10.00
pagi. Saya dengan teman yang kebetulan sejurusan yang juga magang di tempat
yang sama ini diajak bersama 4 orang karyawan dan satu driver kantor bernama
Pak Ramlan yang kalau mengendarai mobil dengan keahlian tingkat
tinggi(baca:ugal-ugalan). Hari itu hari jumat, jadi Pak Ramlan tadi mengendarai
dengan ngebut karena mepet dengan waktu sholat Jum’at. Apalagi kita masih
terjebak macet di pintu tol arah semarang, maka kita harus mengejar waktu yang
terbuang dari terjebak macet tersebut dengan cara kebut kebutan. Sepanjang
perjalanan kita menutup kaca mobil karena cuaca di luar yang sangat dingin. Yang
pada akhirnya perjalanan Semarang – Salatiga ditempuh dengan 1,5 jam perjalanan
menggunakan mobil.
11.30 kita sudah mencapai Salatiga. Tempat kita berhenti
adalah Pondok Kopi bernama Kopi Tlogo. Kopi Tlogo ini sudah saya muat di
postingan sebelumnya dan bisa di cek disini. Jadi tujuan Tour Agent tempat saya
magang kesini adalah untuk mengkonfirmasi pesanan sekaligus mengambil sampel
pesanan(baca:ngicipin makanan).
Kita langsung menuju ke ruang tengah untuk
mengambil coffee break tersebut. Ada beberapa roti dan snack ringan yang
lumayan untuk mengganjal perut kelaparan yang belum sempat sarapan tadi. Sambil
menyahut beberapa hidangan tadi saya mengikuti Pak Ramlan yang katanya mau ke
masjid. Ternyata dia mengajak saya untuk melihat lihat tempat pemrosesan biji kopi.
Disana terdapa gudang gudang yang besar dan beberapa tempat lapang seperti
lapangan futsal yang berfungsi untuk menjemur biji kopi. Untuk proses biji kopi
menjadi bubuk kopi saya tidak bisa menjelaskan karena karyawan yang sudah
istirahat karena kumandang adzan sudah memanggil. Berangkatlah kita ke sumber
suara tersebut. Masjid. Air disini sangat dingin, karena salatiga memang daerah
dingin. Mungkin kalo di Lumajang seperti dinginnya Senduro yang bagian bawah.
Ga dingin dingin amat, tapi dingin. Sepulang dari masjid akhirnya saya bisa
menikmati pemeran utama dari Pondok Kopi ini, yaitu Kopi Tlogo. Sudah
tersajikan di teko yang siap untuk di tuang. Segar, pait agak asam, dan panas
dari kopi ini menjadi kenikmatan sendiri. Namun kami tidak bisa berlama – lama.
Karena kita harus lanjut ke tempat selanjutnya. Dan di akhir siang yaitu pukul
14.00 siang kita sudah beranjak pergi menuju magelang.

Pukul 16.30 kami sampai sampai pada pemberhentian terakhir,
yaitu hotel Manohara. Saya tidak terlalu mengerti letak hotel Manohara dimana
yang pasti dia berada di Magelang, sampai saya tahu bahwa letaknya tepat berada
di sebelah Candi Borobudur. Jadi Hotel Manohara ini satu – satunya hotel yang
menyediakan view Sunset Borobudur. Yaitu ketika Borobudur menjadi sliuet ketika
langit menjingga. Namun sayang, pada saat kami kesana langit sedang mendung. Kulihati
Borobudur yang sedang berdiri tegak.
“kenapa kalian ga kesana sendiri dan
meilhat langsung Borobudurnya?” kata salah satu karyawan yang juga pembimbing
kami magang itu.
Kami pun sontak terkejut, memang bisa langsung menuju ke
Borobudur? Pembimbing kami menjelaskan hotel ini memiliki jalur VIP untuk para
tamu hotel untuk langsung menuju ke candi. Kami berdua yang sempat terkejut itu
tanpa pikir panjang langsung berlari kearah jalur VIP itu dan menuju ke Candi. Namun
pembimbing kami mengingatkan bahwa gerbang ditutup pada pukul 17.00 sedangkan
waktu itu sudah menunjukan pukul 16.46. ya, kami punya waktu 14 menit sebelum
gerbang ditutup. Kami langsung berlari menuju Candi yang menjadi destinasi
tujuan wisatawan seluruh dunia. Mungkin bagi sebagian orang sudah bosan pergi
ke Candi yang megah ini, tapi bagi saya yang orang timur dan teman saya yang
berasal dari tanah sumatera, tempat ini adalah hal yang susah untuk dicapai. Kami
berlajalan cepat dengan mengitari candi karena tangga untuk menuju puncak sudah
dipenuhi orang yang ingin turun. Setelah menemunkan tangga yang sepi kami
langsung berlari ke puncak Candi. Dengan terengah engah kami sampai di puncak
candi. Dan hal pertama yang dilakukan adalah menyentuh stupa tertinggi.
Lalu kami
berdua terduduk lelah karena berlari – lari. Ketika yang lain sibuk turun dan
berfoto – foto, kami hanya duduk termenung sibuk dengan pikiran masing –
masing. Yang ada dipikiranku adalah bagaimana aku bisa berdiri disitu pada hari
itu. Tak henti – hentinya berucap syukur atas apa yang terjadi. Menit 10 sudah
berlalu. Saatnya kami turun. Setelah mengambil beberapa gambar, kami turun
dengan senyum yang masih mengembang seolah tidak percaya dengan apa yang
terjadi. 14 menit berlalu di Borobudur, kami pun kembali ke hotel. Setelah
menyantap beberapa hidangan kamipun kembali menuju Semarang.
Begitulah jalan – jalan senja kali ini terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar