![]() |
sumber gambar : http://blog.act.id/wp-content/uploads/2015/08/berkah-hujan-kemarau.jpg |
Hujan adalah hal
yang tidak mereka sukai. Mereka menganggap hujan akan menghambat aktifitas dan
perkerjaan mereka. Padahal hujan turun dengan bahagia, tapi tak sedikit yang
mengilhaminya duka. Hujan tidak sendirian, dia bersama awan hitam dan kilatan
petir. Sesekali guntur ikut menyorakkan suasana. Hujan dianggap pengacau
disegala kegiatan, karena hujan menyebabkan banyak hal basah. Menyebabkan para
tamu undangan tidak dapat menghadiri acara tempat mereka diundang, membuat para
partisipan
car free day tidak dapat turun ke jalan, menghasilkan genangan air dimana –
mana yang membuat pasar semakin becek. Membuat kekacauan dari banjir hingga
tanah longsor. Begitu kata mereka yang tidak menyukai hujan. Berbeda dengan
para pendamba hujan yang sangat bahagia ketika hujan turun. Andai aku bisa
menari, mungkin aku sudah berdansa dibawah hujan. Namun apa daya, yang kubisa
lakukan hanya berdiri dibawah hujan dan hanya tersenyum, memejamkan mata, dan
kutadahkan wajahku keangkasa membiarkan rintiknya berjatuhan membasahinya. Geli
rasanya ketika mereka berjatuhan dengan begitu lebatnya di semua anggota
tubuhku. Namun karena aku mengaguminya, kubiarkan dia menjamah seluruh bagian
tubuhku tanpa terkecuali. Kulihat butiran air itu datang dengan menyengaja,
menyengaja terhadap bumi yang lama tak basah. Berjuta ton air itu melewati akar
– akarku dan dengan senang hati aku mengambil dan menyerap semampuku dan dengan
floem yang tak henti bekerja keras mengirim ke penjuru batang tubuh. Kini tanah
sekitarku basah. Atau yang kalian sering bilang becek, berlumpur, dan
menggenang. Aku suka dengan kondisi itu, membuat tanah lebih gembur dan akar –
akarku melesat dengan kokoh di bawah lapisan tanah.
Hujan yang kalian sesali
adalah hujan yang kami sukai, diimpikan selama berhari – hari. Tanpanya kami tak akan mampu bertahan di
bumi yang semakin panas dengan sendirinya. Bukan sendirinya, melainkan karna
kalian yang mulai malas mejaganya. Hujan ini menjagaku dari kekeringan dan
kehausan. Bagaimana tidak, kalian yang semakin acuh dengan keberadaanku.
Jangankan menyiram, pedulipun tidak. Hingga Tuhan sendiri yang menyiramiku
secara langsung. Hujan itulah bentuk pertolonganNya padaku. Hujan yang kalian
sesali menghasilkan bibit – bibit baru untuk kelangsungan hidupku, bukan hanya
aku, tapi tentu juga kalian yang membutuhkanku mengolah Karbon Dioksida dan
Karbon Monoksida sebagai Oksigen yang kalian hirup. Ketahuilah jika semua itu
terjadi atas ijinNya. Maka jangan terlalu murka dengan oksigen yang kalian hirup secara cuma – Cuma.
Terimakasih hujan
yang mampu menyambung kembali rasa lapar yang mendera berhari – hari dan
terimakasih banyak Sang Penurun Hujan karena tanpaMu ini tak akan terjadi..